Kamis, 27 September 2007

Kura-Kura

Ada satu keluarga kura2 memutuskan untuk pergi bertamasya. Dasarnya kura2, dari sononya memang sudah serba lambat, untuk mempersiapkan piknik ini saja mereka butuhkan waktu 7 tahun. Akhirnya keluarga kura2 ini meninggalkan hunian mereka, pergi mencari tempat yang cocok untuk kegiatan piknik mereka. Baru ditahun kedua mereka temukan lokasi yang sesuai dan cocok!

Selama enam bulan mereka membersihkan tempat itu, membongkari semua keranjang2 perbekalan piknik, dan membenah-susuni tempat itu. Lalu mereka baru sadar dan lihat bahwa mereka lupa membawa garam. Waduh, sebuah piknik tanpa garam? Mereka serempak setuju dan berteriak itu bisa menjadi bencana luar biasa. Setelah panjang lebar berdiskusi, kura termuda yang diputuskan terpilih untuk mengambil garam dirumah mereka. Meskipun ia termasuk kura tercepat dari semua kura2 yang lambat, si kura kecil ini merengek, menangis dan me-ronta2 dalam batoknya. Ia setuju pergi tapi asal berdasarkan satu syarat: bahwa tidak satupun boleh makan sampai ia kembali. Keluarga kura itu setuju dan sikura kecil ini berangkatlah.

Tiga tahun lewat dan kura kecil itu masih juga belum kembali. Lima tahun.... enam tahun ..... lalu memasuki tahun ketujuh kepergiannya, kura-kura tertua sudah tak tahan menahan laparnya. Ia pun mengumumkan bahwa ia begitu lapar dan akan mulai makan dan mulai membuka rotinya.

Pada saat itu, tiba2 muncul si kura-kura kecil dari balik sebatang pohon dan berteriak: "LIHAT TUHHHH! Benar kan !? Aku tahu kalian memang tak akan menunggu. Achhh, kalau begini caranya aku nggak mau pergi mengambil garam."

*Pesan Moral :
Sebagian dari kita memboroskan waktu sekedar cuma menunggui sampai orang lain memenuhi harapan kita. Sebaliknya, kita begitu kuatir, prihatin, sering2 malah terlalu memperdulikan apa yang dikerjakan orang lain sampai-sampai dan malahan kita cuma berpangku tangan tanpa berbuat apapun.

Kamis, 20 September 2007

Positif Thinking

Bagaimana cara kita memandang kehidupan akan berpengaruh juga pada pandangan dan cara pikir kita terhadap segala hal. Untuk meraih sukses, kita harus bisa merubah cara berpikir kita dari negative thinking menjadi positive thinking.Pembicaraan mengenai positive thinking akan diawali tentang sebuah konsep sederhana mengenai kacamata. Kalau Anda memakai kacamata yang berwarna merah, maka Anda akan melihat dunia ini dengan warna merah. Kalau memakai kacamata hijau, maka Anda akan melihat dunia ini dengan warna hijau.

Untuk membantu pemahaman, ada sebuah cerita kuno dari negeri China yang bisa dijadikan ilustrasi. Cerita ini bermula dari seseorang (sebut saja namanya Ahmad) yang kehilangan kapaknya. Perlu diketahui bahwa di jaman itu, yaitu di jaman agrikultur sekitar 2000 tahun yang lalu, kapak adalah alat yang sangat penting karena mereka tidak bisa mencari nafkah tanpa alat tersebut. Hampir tiap hari kapak itu dibawa Ahmad ke hutan untuk menebang kayu yang akan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Pada suatu hari Ahmad kehilangan kapaknya. Dia bingung mengingat-ingat di mana dia meletakkan kapaknya dan mulai berpikir kalau ada seseorang yang membutuhkan kapak dan mengambil kapak miliknya. Ahmad kemudian mulai mencurigai tetangganya sendiri yang bernama Hadi. Kebetulan esok harinya Hadi berpamitan ke Ahmad kalau dia hendak pergi ke hutan. Tidak seperti biasanya, cara pamit Hadi terdengar tidak tegas. Ahmad berpikir, mungkin Hadi malu karena telah mengambil kapaknya sehingga dia tampak kebingungan.

Besoknya, Ahmad semakin menaruh curiga pada Hadi. Ada sebuah barang yang disembunyikan di pinggang Hadi. "Jangan-jangan itu kapak saya yang dicurinya," pikir Ahmad.

Besoknya lagi, Hadi pergi ke hutan tanpa berpamitan dengan Ahmad. Ahmad pun semakin curiga bahwa Hadi telah mencuri kapaknya. Hingga tiga hari lamanya Ahmad menaruh curiga pada Hadi. Pada hari keempat, Ahmad kaget karena menemukan kapaknya di bawah ranjangnya sendiri. Ternyata kapak itu disimpan istrinya tanpa sepengetahuannya. Akhirnya Ahmad berkesimpulan bahwa dia telah berpikir negatif terhadap Hadi.

Cerita di atas mengilustrasikan bahwa bilamana kita sudah mempunyai kecurigaan atau sebuah pandangan negatif terhadap sesuatu, maka kita akan terus melihatnya dengan kacamata negatif. Orang yang gagal selalu mengeluh dan mengeluh. Kenapa harus selalu berusaha lagi? Toh kalau berusaha akan tetap mengalami kegagalan.

Seseorang yang mempunyai pemikiran seperti ini akan menjadi pesimis untuk mencoba lagi. Tetapi orang yang sukses dengan berkesinambungan akan selalu berpikir untuk berhasil lalu akan mencoba terus dan lagi-lagi menuai keberhasilan. Keberhasilan yang dia dapatkan akan membuat semangat bagi dia untuk terus mencoba. Yang penting adalah; kita semua diharapkan untuk mempunyai kacamata yang cerah dalam memandang kehidupan ini, karena kacamata yang cerah akan memandang semua masalah dengan pandangan yang cerah pula. Bukan kacamata yang hitam yang membuat kita tidak bisa melihat apapun.

Sumber : unknown

Kamis, 13 September 2007

Murid Si Pematung


Alkisah, di pinggir sebuah kota , tinggal seorang seniman pematung yang sangat terkenal di seantero negeri. Hasil karyanya yang halus, indah, dan penuh penghayatan banyak menghiasi rumah-rumah bangsawan dan orang-orang kaya di negeri itu. Bahkan, di dalam istana kerajaan hingga taman umum milik pemerintah pun, dihiasi dengan patung karya si seniman itu.


Suatu hari, datang seorang pemuda yang merasa berbakat memohon untuk menjadi muridnya. Karena niat dan semangat si pemuda, dia diperbolehkan belajar padanya. Bahkan, ia juga diijinkan untuk tinggal di rumah paman si pematung.


Sejak hari itu, mulailah dia belajar dengan tekun, mengukur ketepatan bahan adonan semen, membuat rangka, cara menggerakkan jari-jari tangan, dan mengenali setiap tekstur sesuai bentuk dan jenis benda yang akan dibuat patung, dan berbagai kemampuan mematung lainnya.


Setelah belajar sekian lama, si murid merasa tidak puas. Sebab, menurutnya, hasil patungnya belum bisa menyamai keindahan patung gurunya. Dia pun kemudian menganalisa dengan seksama, lantas memutuskan meminjam alat-alat yang biasa dipakai gurunya. Dia berpikir, rahasia kehebatan sang guru pasti di alat-alat yang dipergunakan.


”Guru, bolehkan saya meminjam alat-alat yang biasa Guru pakai untuk mematung? Saya ingin mencoba membuat patung dengan memakai alat-alat yang selalu dipakai guru agar hasilnya bisa menyamai patung buatan Guru. ”


”Silakan pakai, kamu tahu dimana alat-alat itu berada kan ? Ambil saja dan pakailah, ”jawab sang guru sambil tersenyum.


Selang beberapa hari, dengan wajah lesu si murid mendatangi gurunya dan berkata,

”Guru, saya sudah berusaha dan berlatih dengan tekun sesuai petunjuk Guru, memakai alat-alat yang biasa dipakai Guru. Kenapa hasilnya tetap tidak sebagus patung yang Guru buat”


”Anakku, gurumu ini belajar dan berlatih membuat patung selama puluhan tahun. Mengamati obyek benda, mencermati setiap gerak dan tekstur, kemudian berusaha menuangkannya ke dalam karya seni dengan segenap hati dan seluruh pikiran. Tidak terhitung berapa kali kegagalan yang telah dibuat, tapi tidak pernah pula berhenti mematung hingga hari ini. Bukan alat-alat bantu yang engkau pinjam itu yang kamu butuhkan untuk menjadi seorang pematung handal, tetapi jiwa seni dan semangat untuk menekuninya yang harus engkau punyai. Dengan begitu, lambat laun engkau akan terlatih dan menjadi pematung yang baik. ”


”Terima kasih Guru, saya berjanji akan terus berlatih, mohon Guru bersabar mengajari saya. ”


Pembaca yang berbahagia,


Untuk menciptakan sebuah maha karya, tidak cukup hanya mengandalkan talenta semata. Kita butuh proses belajar dan ketekunan berlatih bertahun-tahun. Bahkan, meski dibantu alat-alat secanggih apapun, hasil yang didapat sebenarnya sangat tergantung pada tangan-tangan terampil dan terlatih yang menggerakkannya.


Demikian pula dalam kehidupan ini, jika ingin meraih prestasi yang gemilang, ada harga yang harus kita bayar! Apapun bidang yang kita geluti, apapun talenta yang kita miliki, kita membutuhkan waktu, fokus dan kesungguhan hati dalam mewujudkannya hingga tercapai kesuksesan yang membanggakan! !!


Oleh : Andrie Wongso

Rabu, 05 September 2007

PENJARA PIKIRAN

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain, namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran dia menghampiri belalang lain itu dan bertanya, "Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?" Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan, "Di manakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan." Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, tradisi, dan kebiasaan bisa membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.

Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam-dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.

Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dengan seutas tali yang terikat pada sebilah pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada "sesuatu" yang mengikat kakinya, padahal "sesuatu" itu bisa jadi hanya seutas tali kecil...

Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri bahwa Anda bisa "melompat lebih tinggi dan lebih jauh" kalau Anda mau menyingkirkan "penjara" itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap di luar batas kemampuan dan pemikiran Anda?

Sebagai manusia kita berkemampuan untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin Anda capai. Sakit memang, lelah memang, tapi jika Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.

Be Happy.