Selasa, 15 Desember 2009

Empat Lilin

Ada 4 lilin yang menyala, sedikit demi sedikit lilin tersebut habis meleleh
dan suasana terasa begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.
Yang pertama berkata : ” Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku :
maka lebih baik aku mematikan diriku saja !”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang Lilin padam.

Yang kedua berkata : “Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia
tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran ketiga berbicara :” Aku adalah Cinta. Tak mampu lagi
aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna.
Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mecintainya, membenci
keluarganya. ” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga….seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat
ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata :
” Ekh, apa yang terjadi ? Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan !”
Lalu ia menangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata : ” Jangan takut, janganlah menangis,
selama aku masih ada dan tetap menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan
ketiga Lilin lainnya : ” Akulah HARAPAN ”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan
kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN. Harapan yang ada dalam hati kita.
Dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat seperti anak tersebut, yang dalam
situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya !

Sumber : http://artikel-motivasi.blogspot.com/

Salam,
MCS



Kamis, 05 November 2009

Kekuatan Pikiran Bawah Sadar

“Pemborosan yang paling besar adalah di tanah pekuburan, karena mati sebelum dapat mengoptimalkan seluruh potensi.” – Andrew Ho –

Manusia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan mahakarya. Kekuatan terbesar dalam diri manusia itu terdapat pada pikiran. Tetapi kita jarang membuktikan kekuatan pikiran tersebut, sebab kita sering terjebak dalam zona nyaman atau kebiasaan tertentu. Sehingga selamanya tidak dapat mencari kemungkinan yang lebih baik atau perubahan nasib yang berarti.

Oleh karena itu milikilah target yang lebih tinggi untuk merangsang kekuatan dalam pikiran tersebut. Sebab target atau sasaran baru yang dipikirkan itu akan menggerakkan diri kita untuk melaksanakan tindakan. Apalagi jika diyakini target tersebut bakal tercapai, maka diri kita akan lebih siap menghadapi tantangan yang ada.

Setelah tindakan-tindakan baru yang lebih konstruktif dikerjakan hingga berulang-ulang, maka tanpa disadari kita sudah banyak melakukan hal-hal penting hinga kita tiba di zona baru, dimana kita berhasil mencapai target yang didambakan. Itulah mengapa dikatakan bahwa manusia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pikiran bawah sadar. Kekuatan pikiran bawah sadar itu dapat dibangkitkan melalui 2 cara, yaitu: autosuggestion dan visualization.

Autosuggestion

Keinginan-keinginan kita merupakan informasi penting untuk pikiran bawah sadar. Sebab keinginan yang terekam kuat dalam pikiran bawah sadar sangat besar dapat menjadi daya dorong yang akan menggerakkan diri kita untuk berbuat sesuatu yang luar biasa. Keinginan yang sangat besar dan terekam dalam pikiran bawah sadar itulah yang dinamakan autosuggestion.

Autosuggestion seharusnya dilakukan dengan penuh rasa percaya, melibatkan emosi dalam diri, dilakukan penuh konsentrasi terhadap obyek yang positif, dan berulang-ulang. Selanjutnya, pikiran bawah sadar inilah yang akan mendikte gerak-gerik tubuh kita. Kekuatan yang ditimbulkan oleh pikiran bawah sadar itu sangat dahsyat entah digunakan untuk melakukan perbuatan buruk atau baik. Kadangkala niat untuk melakukan sesuatu secara otomatis muncul dari pikiran bawah sadar.

Autosuggestion akan mengetuk kesadaran (heartknock). Karena dilakukan berulang-ulang dan rutin, suatu ketika kata-kata tersebut akan menembus pikiran bawah sadar. Lalu pikiran bawah sadar itupun memompa semangat. Energi itu dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan impian hidup kita.

Mungkin kegiatan autosuggestion ini akan dianggap aneh oleh orang lain. Tetapi itulah salah satu cara untuk mengubah diri dari dalam. Biasakan mendengar pola pikir positif dan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang konstruktif. Jadi jangan ragu untuk melakukan budaya-budaya yang potensial, menumbuhkan optimisme dan kreatifitas.

Ada 6 (P) petunjuk dalam melakukan autosuggestion, yaitu;
- Positive : pada saat melakukan autosuggestion, pikirkan hal-hal yang positif saja.
- Powerful : lakukan dengan penuh keyakinan sebab dapat memberikan kekuatan untuk
berbuat sesuatu yang luar biasa.
- Precise : keinginan yang hendak dicapai harus sudah dapat dideskripsikan, karena pikiran
bawah sadar hanya bisa menyusun berdasarkan kategori.
- Present Tense: dalam bentuk keinginan saat ini, bukan keinginan di masa lalu atau akan
datang.
- Personal : lakukan perubahan positif terhadap diri sendiri terlebih dahulu.

Visualization

Bila kita menginginkan sesuatu maka pikiran bawah sadar akan menggambarkan apa yang didambakan itu. Dengan cara memvisualisasikan impian terlebih dahulu, terciptalah banyak sekali karya-karya spektakuler di dunia ini. Marcus Aurelius Antonius, seorang kaisar Romawi jaman dahulu mengatakan, “A man’s life is what his thought make of it - Kehidupan manusia ialah bagaimana mereka memikirkannya.”

Sesuatu yang selalu divisualisasikan manusia akan mudah terekam dalam pikiran bawah sadar. Lalu muncul kekuatan pikiran tersebut, yang berperan sebagai penghubung antara jiwa dengan tubuh. Sehingga tubuhpun bereaksi dengan mengerahkan seluruh potensi yang sebelumnya tidak pernah digunakan, dalam bentuk kreatifitas atau tindakan. Memvisualisasikan impian memungkinkan seluruh impian tercapai oleh pikiran bawah sadar.

Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan potensi yang sama besar kepada manusia. Tidak ada ruginya membayangkan betapa berpotensinya diri kita untuk mencapai impian-impian. Berikut ini beberapa langkah dalam memvisualisasikan impian, yaitu:

1. Mendefinisikan impian
Mendefinisikan impian artinya memberikan batasan atau standar akan impian yang hendak dicapai. Kemudian, gambarkanlah semua impian seolah-olah Anda sudah sepatutnya meraih impian tersebut. Meskipun tindakan ini terkesan sederhana, tetapi dari gambaran impian itulah kita akan mencoba berbuat sesuatu untuk melakukan perubahan dan akhirnya dapat meraih cita-cita.

2. Menentukan target waktu
Dambakan impian itu terwujud sesuai target yang telah ditentukan, sebab impian tanpa target waktu hanya akan menjadi mimpi sesaat. Impian dengan target waktu akan menggerakkan kesadaran untuk tidak segan-segan melakukan perubahan. Maka mulailah dari sekarang, Be the
best, do the best, and then let God take care the rest – Jadilah yang terbaik, lakukan yang terbaik, biarlah Tuhan yang menentukan. Potensi yang kita miliki kelihatannya sangat sayang jika tidak dioptimalkan.

3. Melakukan berulang-ulang
Melakukan ulangan artinya mengkondisikan diri kita untuk lebih sering ingat akan impian kita. Jika sering ingat, maka perlahan-lahan impian itu akan tertanam di alam pikiran bawah sadar. Bila pesan sudah diterima oleh SCM (sub-conscience mind), maka dia akan menggerakkan diri kita untuk menciptakan keputusan atau menjadikan kita lebih kreatif.

Jika impian lebih sering diimajinasikan ternyata dapat melipatgandakan kekuatan dari pikiran bawah sadar. Imajinasi yang diulang-ulang ini akan secara tidak langsung merangsang ilusi akan
kenyataan yang luar biasa tentang potensi kita sebagai umat manusia. Sehingga diri kita akan berusaha keras mencapai impian yang divisualisasikan. Begitulah seterusnya kekuatan pikiran bawah sadar bekerja dan dibangkitkan, hingga perubahan besar terjadi dalam diri kita pada suatu waktu.*

Sumber: Kekuatan Pikiran Bawah Sadar oleh Andrew Ho


Regards,
MCS

Rabu, 04 November 2009

Apoteker dan Kebijaksanan Nasehat

Seorang wanita baru pindah ke sebuah kota kecil. Setelah berada di sana beberapa waktu, ia mengeluh kepada tetangganya tentang pelayanan buruk yang dialaminya di apotek setempat. Ia meminta pada tetangganya agar mau menyampaikan kritiknya pada pemilik apotek itu.


Beberapa hari kemudian wanita pendatang tersebut pergi lagi ke apotek itu. Pemilik apotek menyambutnya dengan senyum lebar sambil mengatakan betapa senangnya ia melihat wanita itu berkenan datang kembali ke apoteknya, dan berharap wanita dan suaminya menyukai kota mereka. Bukan hanya itu, pemilik apotek itu bahkan menawarkan diri membantu wanita dan suaminya menguruskan berbagai hal agar mereka bisa menetap di kota itu dengan nyaman. Lalu, ia pun mengirimkan apa yang dipesan wanita itu dengan cepat dan baik.

Wanita itu merasa senang dengan perubahan luar biasa yang ditunjukkan oleh pemilik apotek. Kemudian, ia melaporkan hal itu pada tetangganya. Katanya, “Anda tentu sudah menyampaikan kritik saya mengenai betapa buruk pelayanannya waktu itu.”

“Oh, tidak,” jawab tetangganya. “Sebenarnya saya tidak menyampaikan kritik anda pada mereka. Saya harap anda tidak keberatan. Saya katakan pada pemilik apotek itu betapa anda terkagum-kagum melihat caranya mendirikan apotek di kota kecil ini. Dan, anda merasa apoteknya adalah salah satu apotek dengan pelayanan terbaik yang pernah anda temui.”

~Sumber : Editor (Resensi.net)~


Sahabat, seperti inilah kita akan dihargai oleh orang lain. Inilah gambaran tentang perilaku yang kita dapat dari perlakuan yang kita berikan pada orang lain. Sebuah penghargaan, dan juga penghormatan, akan lebih baik, dari sekedar kritik yang tak beralasan.

Ini adalah sebuah cermin, tentang siapa kita, tentang siapa sebenarnya berhak untuk mendapatkan harapan perbaikan. Kritik yang disampaikan dengan cara yang keliru, seringkali hanya menghancurkan harapan perbaikan. Sedangkan sebuah apresiasi (penghargaan) selalu mendorong orang lain untuk melakukan lebih baik lagi.

Jadi, sahabat, sampaikanlah kritik dengan lebih bijak. Selamat mencoba.

Terima kasih telah membaca.

Salam,

MCS


Kamis, 08 Oktober 2009

Berfokus Pada Kelebihan Diri

"Anak-anak, coba tuliskan tiga kelebihanmu, ” kata seorang guru pada anak-anak sekolah dasar.

Menit demi menit berlalu namun anak-anak itu seakan masih bingung.

Dengan setengah berakting, sang guru kemudian bersuara keras :

“Ayo, tuliskan! Kalau ngga, kertasmu saya sobek lo.” Anak-anak manis itu seketika menjadi salah tingkah.

Beberapa di antara mereka, memang tampak mulai menulis. Salah satu di antara mereka menulis di atas kertas, “Kadang-kadang nurutin kata ibu. Kadang-kadang bantu ibu. Kadang-kadang nyuapin adik makan.”

Penuh rasa penasaran, sang guru bertanya kepadanya : “Kenapa tulisnya kadang-kadang? “. Dengan wajah penuh keluguan, sang bocah hanya berkata :

“Emang cuma kadang-kadang, Bu guru.” !

Ketika semua anak telah menuliskan kelebihan dirinya, sang guru kemudian melanjutkan instruksi berikutnya :

“Sekarang anak-anak, coba tuliskan tiga kelemahanmu atau hal-hal yang buruk dalam dirimu.”
Seketika ruangan kelas menjadi gaduh. Anak-anak tampak bersemangat. Salah satu dari mereka angkat tangan dan bertanya :

“Tiga saja, Bu guru?”.

“Ya, tiga saja!” jawab sang guru. Anak tadi langsung menyambung :

“Bu guru, jangankan tiga, sepuluh juga bisa!”.

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita sederhana itu? Saya menangkap setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari. Salah satunya, kita sering tidak menyadari apa kelebihan diri kita
karena lingkungan dan orang di sekitar kita jauh lebih sering mengkomunikasikan kepada kita kejelekan dan kekurangan kita.

Baru-baru ini, saya menyaksikan di sebuah televisi swasta pertunjukkan seni dari para penyandang cacat. Kami benar-benar terharu. Ada orang buta yang begitu piawai bermain piano atau kecapi. Pria tanpa lengan dan wanita muda yang tuli dapat menari dengan begitu indahnya.

“Luar biasa, dia bisa menari dengan penuh penghayatan. Yang membuat saya heran, dia kan tuli tapi kok bisa mengikuti irama lagu dengan sangat
tepat?”, kata saya dalam hati terkagum-kagum.

Seorang pria buta yang bernyanyi dengan nada merdu sempat berkata,
“Saudaraku, saya memiliki dua mata seperti Anda. Namun yang ada di depan saya hanyalah kegelapan. Ibu saya mengatakan saya bisa bernyanyi, dan ia
memberi saya semangat untuk bernyanyi.”

Benarlah apa yang dikatakan Alexander Graham Bell : “Setelah satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka; tetapi kerap kali kita terlalu lama memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga kita tidak
melihat pintu yang telah dibuka untuk kita.”

Fokuskan perhatian pada kelebihan kita dan bukan kelemahan kita.

(www.pondokbaca.com)